Tutupnya 7-Eleven



Asal Mula 7-Eleven
7-Eleven adalah jaringan toko kelontong (Convenience Store) asal Amerika Serikat didirikan pada tahun 1927, hingga kepemilikannya dipegang oleh perusahaan asal Jepang bernama Seven & I Holdings Co. tahun 2005. 7-Eleven tersebar di lebih dari 18 negara termasuk Indonesia, dan paling banyak buka di Jepang dan Amerika Serikat. Pada awalnya nama tokonya adalah “Tote'm Stores” tetapi setelah tahun-tahun berlalu namanya diubah menjadi 7-Eleven pada tahun 1946 dikarenakan tokonya beroperasi dari jam 7 pagi hingga 11 malam setiap harinya, dan akhirnya toko ini pun memperpanjang waktu operasinya hingga 24 jam.

Setiap gerai 7-Eleven menjual berbagai jenis produk, umumnya makananminuman, dan majalah. Di berbagai negara, tersedia pula layanan seperti pembayaran tagihan serta penjualan makanan khas daerah. Produk khas 7-Eleven adalah Slurpee, sejenis minuman es dan Big Gulp, minuman soft drink berukuran besar.


7-Eleven Di Indonesia
      Di Indonesia, 7-Eleven dikelola oleh PT Modern Putraindonesia, anak perusahaan PT Modern International, yang merupakan distributor Fujifilm di Indonesia. Hingga tahun 2017, 7-Eleven pernah membuka cabang-cabangnya sebanyak 30 gerai di Jakarta saja.
Pemerintah Indonesia terus mengawasi toko kelontong ini agar tidak berubah menjadi minimarket, karena menurut undang-undang, kepemilikan waralaba minimarket harus dari pihak lokal.
Seluruh gerai 7-Eleven di Indonesia ditutup pada tanggal 30 Juni 2017 akibat batalnya pembelian perusahaan (akuisisi) oleh PT Charoen Pokphand Restu Indonesia.

Mengenai Tutupnya 7-Eleven
      Saya pribadi merupakan pelanggan setia 7-Eleven pada awalnya. Semenjak saya pindah ke Depok dikarenakan kuliah, tuntutan tugas pun kadang mengharuskan kita untuk mengakses internet. Untuk menyelesaikan tugas-tugas biasanya saya sering datang untuk mengerjakannya dengan menggunakan Wi-Fi yang tersedia di 7-Eleven, dikarenakan kost saya belum tersedia Wi-Fi, selain itu harga voucher Wi-Fi terbilang murah, hanya dengan Rp. 5000,- saya bisa menikmati Wi-Fi di 7-Eleven selama 12 jam (kalau tidak salah). Sambil saya mengerjakan tugas (yang biasanya bisa sampai berjam-jam) biasanya saya akan membeli snack, minuman dan makanan yang ada. Hingga suatu waktu tarif untuk voucher Wi-Fi dinaikkan dengan pelanggan diharuskan membeli makanan/minuman 7-Eleven minimal Rp. 25.000,- untuk bisa menikmati Wi-Fi nya.
      Semenjak tarif ini dinaikkan saya sudah tidak berlangganan di 7-Eleven lagi, saya kadang ke 7-Eleven hanya untuk transaksi ATM saja, dan hanya kadang-kadang saja membeli makanan/minuman disitu.
      Saya merasa penyebab bangkrutnya 7-Eleven ini dikarenakan tarif voucher Wi-Fi yang dinaikkan ini. 7-Eleven yang sering saya kunjungi ini dekat dengan kampus saya sehingga pelanggannya kebanyakan adalah mahasiswa, anak sekolah dan orang kantor pun tak jarang terlihat berada disitu semata-mata untuk menikmati fasilitas Wi-Fi yang terjangkau ini. Tak hanya untuk mengerjakan tugas pribadi, kadang tugas kelompok atau tugas organisasi pun dilakukan di 7-Eleven, hingga terkadang saya tidak mendapatkan bangku karena ramainya. Selagi kita berbincang atau fokus dengan tugas yang dikerjakan pasti sekali-sekali kita akan merasa haus atau lapar, sehingga kita pun akan membeli produk 7-Eleven.

Tetapi semenjak harga voucher Wi-Fi ini dinaikkan tentu banyak mahasiswa yang merasa enggan untuk mengeluarkan uang dari dompet dari yang awalnya goceng hingga 25.000. sehingga banyak yang mulai meninggalkan 7-Eleven, dan apa yang saya rasakan ini tidak hanya terjadi di saya atau bukan hanya pendapat saya pribadi saja tetapi banyak teman yang sudah menegluh tentang ini. Perlahan pun 7-Eleven langsung sepi pelanggan dan beberapa Container dan makanan yang ada di 7-Eleven mulai berkurang hingga akhirnya gulung tikar.

Komentar

Postingan Populer